Mengenal Altcoin dan Stablecoin: Dua Jenis Cryptocurrency yang Paling Populer di 2023

Mengenal Altcoin dan Stablecoin: Dua Jenis Cryptocurrency yang Paling Populer di 2023
Altcoin dan Stablecoin


Cryptocurrency adalah mata uang digital yang menggunakan teknologi blockchain untuk mengamankan transaksi dan menghindari pengaruh pihak ketiga. Cryptocurrency pertama dan paling terkenal adalah Bitcoin, yang diciptakan pada tahun 2009 oleh seseorang atau kelompok yang menggunakan nama samaran Satoshi Nakamoto. Bitcoin memiliki nilai pasar tertinggi di antara semua cryptocurrency, dan sering disebut sebagai “emas digital” karena jumlahnya yang terbatas dan nilainya yang tinggi.

Namun, Bitcoin bukanlah satu-satunya cryptocurrency yang ada. Ada ribuan cryptocurrency lain yang berbeda dari Bitcoin dalam hal fitur, fungsi, tujuan, dan teknologi. Cryptocurrency ini secara kolektif disebut sebagai altcoin, singkatan dari alternative coin. Altcoin memiliki nilai ticker sendiri, yaitu simbol singkat yang digunakan untuk mengidentifikasi mereka di pasar cryptocurrency. Misalnya, Ethereum memiliki nilai ticker ETH, Ripple memiliki nilai ticker XRP, dan Litecoin memiliki nilai ticker LTC.

Altcoin: Pengertian dan Peran

Pengertian

Altcoin adalah cryptocurrency yang dibuat setelah Bitcoin, dan berusaha untuk menawarkan alternatif atau peningkatan dari Bitcoin. Altcoin dapat memiliki perbedaan dalam hal algoritma konsensus, mekanisme penambangan, kecepatan transaksi, biaya transaksi, skala, privasi, fungibilitas, keamanan, atau fungsi lainnya. Altcoin juga dapat memiliki tujuan yang berbeda dari Bitcoin, seperti menjadi platform untuk aplikasi terdesentralisasi (dApps), kontrak pintar (smart contracts), tokenisasi aset, atau identitas digital.

Peran

Altcoin memainkan peran penting di pasar cryptocurrency, karena mereka memberikan variasi dan inovasi bagi investor dan pengembang. Altcoin juga mencerminkan preferensi dan kebutuhan masyarakat yang beragam dalam hal mata uang digital. Altcoin dapat memberikan peluang bagi investor untuk mendiversifikasi portofolio mereka, mencari potensi keuntungan yang lebih tinggi, atau mendukung proyek-proyek yang mereka percayai. Altcoin juga dapat memberikan tantangan bagi investor, karena mereka harus mempelajari karakteristik dan risiko masing-masing altcoin sebelum memutuskan untuk berinvestasi.

Perdagangan altcoin adalah aktivitas membeli dan menjual altcoin di pasar cryptocurrency. Perdagangan altcoin dapat dilakukan dengan menggunakan platform perdagangan online (exchange) atau dompet digital (wallet) yang mendukung altcoin tertentu. Perdagangan altcoin dapat melibatkan strategi jangka pendek atau jangka panjang, tergantung pada tujuan dan preferensi investor. Perdagangan altcoin juga dapat melibatkan analisis teknikal atau fundamental, yaitu metode untuk mengevaluasi kinerja dan potensi altcoin berdasarkan data historis atau faktor eksternal.

Stablecoin: Konsep dan Kegunaan

Stablecoin adalah jenis khusus dari altcoin yang dirancang untuk memiliki harga yang stabil dan tidak mudah berfluktuasi. Stablecoin biasanya diikat atau didukung oleh aset lain yang memiliki nilai tetap atau stabil, seperti mata uang fiat (misalnya dolar AS), emas, atau cryptocurrency lain (misalnya Bitcoin). Tujuan utama stablecoin adalah untuk mengatasi masalah volatilitas harga yang sering dialami oleh cryptocurrency lain, yang dapat mengurangi daya tarik mereka sebagai alat tukar atau penyimpan nilai.

Kegunaan

Stablecoin memiliki beberapa kegunaan di pasar cryptocurrency, seperti:

Memudahkan transaksi antara cryptocurrency dengan mengurangi risiko nilai tukar.
Menyediakan lindung nilai (hedge) bagi investor yang ingin melindungi portofolio mereka dari fluktuasi harga cryptocurrency.
Memungkinkan leverage atau pinjaman dalam sistem keuangan terdesentralisasi (DeFi) dengan menggunakan stablecoin sebagai jaminan.
Meningkatkan adopsi cryptocurrency oleh masyarakat luas dengan menawarkan stabilitas dan kepercayaan.

Contoh Stablecoin Populer

Beberapa contoh stablecoin populer di pasar cryptocurrency adalah:

  1. Tether (USDT): Stablecoin yang diikat dengan dolar AS dengan rasio 1:1, dan didukung oleh cadangan dolar AS yang disimpan di bank atau lembaga keuangan lain.
  2. USD Coin (USDC): Stablecoin yang diikat dengan dolar AS dengan rasio 1:1, dan didukung oleh cadangan dolar AS yang diaudit secara berkala oleh firma akuntansi independen.
  3. DAI MakerDAO (DAI): Stablecoin yang diikat dengan dolar AS dengan rasio 1:1, dan didukung oleh jaminan cryptocurrency seperti Ethereum atau Bitcoin yang disimpan dalam kontrak pintar.
     

Perbandingan Altcoin dan Stablecoin

Altcoin dan stablecoin memiliki beberapa perbedaan dalam hal tujuan, fungsi, volatilitas, stabilitas, potensi ROI, dan suku bunga. Berikut adalah beberapa perbandingan antara altcoin dan stablecoin:

Perbedaan tujuan dan fungsi

Altcoin memiliki tujuan dan fungsi yang beragam, tergantung pada visi dan misi proyeknya. Altcoin dapat berfungsi sebagai mata uang digital, platform untuk aplikasi terdesentralisasi, tokenisasi aset, atau identitas digital. Stablecoin memiliki tujuan dan fungsi yang lebih spesifik, yaitu untuk menyediakan stabilitas harga dan memudahkan transaksi di pasar cryptocurrency.

Perbedaan volatilitas dan stabilitas harga

Altcoin cenderung memiliki volatilitas harga yang tinggi, yaitu perubahan harga yang cepat dan signifikan dalam periode waktu tertentu. Volatilitas harga altcoin dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti permintaan dan penawaran, berita dan sentimen pasar, kompetisi dan inovasi, atau peristiwa tak terduga. Stablecoin cenderung memiliki stabilitas harga yang tinggi, yaitu perubahan harga yang rendah dan konsisten dalam periode waktu tertentu. Stabilitas harga stablecoin dicapai dengan menggunakan mekanisme ikatan atau dukungan aset lain yang memiliki nilai tetap atau stabil.

Perbedaan potensi ROI dan suku bunga

ROI (return on investment) adalah ukuran keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari investasi tertentu. Suku bunga adalah biaya yang dibebankan atau dibayarkan untuk menggunakan uang selama periode waktu tertentu. Altcoin memiliki potensi ROI yang lebih tinggi daripada stablecoin, karena harga altcoin dapat meningkat secara drastis dalam waktu singkat jika ada permintaan atau hype yang tinggi. Namun, altcoin juga memiliki risiko kerugian yang lebih tinggi daripada stablecoin, karena harga altcoin dapat menurun secara drastis dalam waktu singkat jika ada penawaran atau panic selling yang tinggi. Stablecoin memiliki potensi ROI yang lebih rendah daripada altcoin, karena harga stablecoin cenderung tetap atau berubah sedikit dalam waktu singkat. Namun, stablecoin juga memiliki risiko kerugian yang lebih rendah daripada altcoin, karena harga stablecoin cenderung stabil atau berubah sedikit dalam waktu singkat. Suku bunga altcoin biasanya lebih rendah daripada suku bunga stablecoin, karena altcoin memiliki volatilitas yang lebih tinggi daripada stablecoin. Suku bunga stablecoin biasanya lebih tinggi daripada suku bunga altcoin, karena stablecoin memiliki stabilitas yang lebih tinggi daripada altcoin.
 

Ethereum: Apakah Altcoin?

Ethereum adalah cryptocurrency kedua terbesar setelah Bitcoin, dengan nilai pasar sekitar $400 miliar pada September 2023. Ethereum adalah platform terdesentralisasi yang memungkinkan pengembang untuk membuat dan menjalankan aplikasi terdesentralisasi (dApps) dan kontrak pintar (smart contracts) dengan menggunakan bahasa pemrograman khusus bernama Solidity. Ethereum juga memiliki mata uang digital sendiri bernama Ether (ETH), yang digunakan untuk membayar biaya transaksi dan komputasi di jaringan Ethereum.

Perdebatan

Ada perdebatan apakah Ethereum termasuk dalam kategori altcoin atau tidak. Beberapa orang berpendapat bahwa Ethereum adalah altcoin, karena Ethereum dibuat setelah Bitcoin, dan berbeda dari Bitcoin dalam hal fitur, fungsi, tujuan, dan teknologi. Beberapa orang juga berpendapat bahwa Ethereum adalah altcoin, karena Ethereum memiliki nilaiticker ETH, yang merupakan simbol singkat untuk mengidentifikasi Ether di pasar cryptocurrency.

Namun, ada juga orang yang berpendapat bahwa Ethereum bukan altcoin, karena Ethereum memiliki status dan pengaruh yang setara dengan Bitcoin, dan menjadi standar bagi banyak proyek cryptocurrency lain. Beberapa orang juga berpendapat bahwa Ethereum bukan altcoin, karena Ethereum memiliki visi dan misi yang berbeda dari Bitcoin, yaitu menjadi platform untuk ekonomi terdesentralisasi, bukan hanya sebagai mata uang digital.

Pendapat ini didukung oleh fakta bahwa Ethereum memiliki komunitas pengembang dan pengguna yang besar dan aktif, serta ekosistem aplikasi terdesentralisasi (dApps) dan sistem keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang berkembang pesat. Ethereum juga sedang dalam proses transisi dari mekanisme konsensus proof-of-work (PoW) ke proof-of-stake (PoS), yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, keamanan, dan skalabilitas jaringan Ethereum.

Kapan Memiliki Altcoin dan Stablecoin

Memegang altcoin dan stablecoin adalah strategi investasi yang melibatkan penyimpanan atau penahanan cryptocurrency dalam jangka waktu tertentu. Memegang altcoin dan stablecoin memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing, tergantung pada kondisi pasar, tujuan, dan preferensi investor. 

Faktor - Faktor

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat membantu investor memutuskan kapan memegang altcoin dan stablecoin:

  1. Keuntungan memegang altcoin: Memegang altcoin dapat memberikan keuntungan bagi investor yang ingin mendapatkan potensi keuntungan yang tinggi dalam jangka panjang, atau mendukung proyek-proyek cryptocurrency yang mereka percayai. Memegang altcoin juga dapat memberikan keuntungan bagi investor yang ingin mengambil bagian dalam ekosistem aplikasi terdesentralisasi (dApps) atau sistem keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang menggunakan altcoin tertentu sebagai mata uang atau token.

Kapan memegang altcoin: Memegang altcoin dapat dilakukan kapan saja, tetapi ada beberapa kondisi pasar yang lebih menguntungkan daripada yang lain. Salah satu kondisi pasar yang menguntungkan untuk memegang altcoin adalah musim altcoin (altseason), yaitu periode waktu ketika harga altcoin meningkat secara signifikan dibandingkan dengan harga Bitcoin. Musim altcoin biasanya terjadi ketika ada permintaan atau hype yang tinggi terhadap altcoin tertentu, atau ketika ada inovasi atau perbaikan teknologi pada altcoin tertentu. Musim altcoin juga dapat dipicu oleh faktor-faktor eksternal, seperti peristiwa geopolitik, regulasi, atau adopsi massal.

  1. Kapan memegang stablecoin: Memegang stablecoin dapat memberikan keuntungan bagi investor yang ingin melindungi portofolio mereka dari fluktuasi harga cryptocurrency, atau memanfaatkan suku bunga atau leverage yang ditawarkan oleh sistem keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang menggunakan stablecoin sebagai jaminan atau pinjaman. Memegang stablecoin juga dapat memberikan keuntungan bagi investor yang ingin melakukan transaksi antara cryptocurrency dengan mengurangi risiko nilai tukar.
  2. Penggunaan stablecoin untuk lindung nilai dan leverage: Lindung nilai (hedge) adalah strategi investasi yang melibatkan penggunaan aset atau instrumen keuangan lain untuk mengurangi risiko kerugian dari aset atau instrumen keuangan utama. Leverage adalah strategi investasi yang melibatkan penggunaan pinjaman untuk meningkatkan potensi keuntungan dari aset atau instrumen keuangan utama. Stablecoin dapat digunakan untuk lindung nilai dan leverage dalam sistem keuangan terdesentralisasi (DeFi), dengan cara sebagai berikut:
  • Lindung nilai: Investor dapat menggunakan stablecoin untuk lindung nilai portofolio cryptocurrency mereka dari fluktuasi harga cryptocurrency lain. Misalnya, jika investor memiliki portofolio Bitcoin dan Ethereum, dan khawatir harga keduanya akan turun, investor dapat menukar sebagian Bitcoin dan Ethereum mereka dengan stablecoin seperti USDT atau USDC. Dengan demikian, investor dapat menjaga nilai portofolio mereka tetap stabil, dan dapat menukar kembali stablecoin mereka dengan Bitcoin atau Ethereum ketika harga keduanya naik kembali.
  • Leverage: Investor dapat menggunakan stablecoin untuk leverage portofolio cryptocurrency mereka dengan meminjam stablecoin dari platform DeFi seperti Aave atau Compound. Misalnya, jika investor memiliki portofolio Ethereum, dan yakin harga Ethereum akan naik, investor dapat menyetor sebagian Ethereum mereka sebagai jaminan, dan meminjam stablecoin seperti DAI atau USDC. Kemudian, investor dapat menggunakan stablecoin yang dipinjam untuk membeli lebih banyak Ethereum, dan meningkatkan eksposur mereka terhadap Ethereum. Dengan demikian, investor dapat meningkatkan potensi keuntungan mereka dari kenaikan harga Ethereum, tetapi juga harus membayar bunga atas pinjaman stablecoin mereka.
     

Stabilitas dan Kepercayaan pada Stablecoin

Stablecoin adalah jenis altcoin yang dirancang untuk memiliki harga yang stabil dan tidak mudah berfluktuasi. Namun, stabilitas dan kepercayaan pada stablecoin tidak selalu terjamin, karena ada beberapa isu-isu terkait dengan stablecoin yang perlu diperhatikan oleh investor. 

Isu - Isu Stablecoin

Beberapa isu-isu terkait dengan stablecoin adalah:

  • Isu-isu terkait dengan ikatan atau dukungan aset: Stablecoin yang diikat atau didukung oleh aset lain, seperti mata uang fiat, emas, atau cryptocurrency lain, harus memiliki cadangan aset yang cukup untuk menjamin nilai stablecoin mereka. Namun, ada kemungkinan bahwa cadangan aset tersebut tidak ada, tidak mencukupi, tidak transparan, atau tidak diaudit secara berkala. Hal ini dapat menyebabkan keraguan atau ketidakpercayaan pada nilai stablecoin tersebut, dan berpotensi menimbulkan risiko runtuhnya stablecoin tersebut jika ada permintaan penarikan yang besar.
  • Isu-isu terkait dengan regulasi: Stablecoin yang diikat atau didukung oleh mata uang fiat, seperti dolar AS, harus mematuhi regulasi dan hukum yang berlaku di negara-negara tempat mata uang fiat tersebut beredar. Namun, ada kemungkinan bahwa regulasi dan hukum tersebut berubah, bertentangan, atau tidak konsisten antara negara-negara yang berbeda. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan atau ketidakpastian dalam mengakses atau menggunakan stablecoin tersebut, dan berpotensi menimbulkan risiko pembekuan atau penyitaan aset oleh otoritas yang berwenang.
  • Isu-isu terkait dengan teknologi: Stablecoin yang menggunakan teknologi blockchain untuk mengamankan transaksi dan menghindari pengaruh pihak ketiga harus memiliki jaringan yang aman, efisien, dan skalabel. Namun, ada kemungkinan bahwa jaringan tersebut mengalami masalah teknis, serangan siber, kesalahan manusia, atau perubahan protokol. Hal ini dapat menyebabkan gangguan atau kegagalan dalam fungsi atau operasi stablecoin tersebut, dan berpotensi menimbulkan risiko kehilangan atau pencurian aset oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
     

Contoh Kasus

Salah satu contoh kasus yang menggambarkan isu-isu terkait dengan stablecoin adalah kasus Tether (USDT). Tether adalah stablecoin tertua dan terbesar di pasar cryptocurrency, dengan nilai pasar sekitar $70 miliar pada September 2023. Tether mengklaim bahwa setiap USDT yang beredar diikat dengan dolar AS dengan rasio 1:1, dan didukung oleh cadangan dolar AS yang disimpan di bank atau lembaga keuangan lain.

Namun, Tether telah menuai banyak kontroversi dan kritik sejak awal peluncurannya pada tahun 2014. Beberapa kontroversi dan kritik yang dihadapi oleh Tether adalah:

  • Kekurangan transparansi dan audit: Tether tidak pernah menyediakan laporan audit independen yang memverifikasi cadangan dolar AS mereka secara berkala. Tether juga tidak pernah mengungkapkan secara jelas bank atau lembaga keuangan mana yang menyimpan cadangan dolar AS mereka, atau berapa persentase cadangan dolar AS mereka dibandingkan dengan aset lain seperti cryptocurrency atau surat utang.
  • Tuduhan manipulasi harga: Tether telah dituduh melakukan manipulasi harga Bitcoin dan cryptocurrency lain dengan mencetak USDT secara sewenang-wenang-wenang tanpa adanya permintaan atau dasar yang jelas. Tether juga telah dituduh menggunakan USDT untuk membeli Bitcoin dan cryptocurrency lain ketika harga mereka turun, dan menjualnya ketika harga mereka naik, sehingga menciptakan permintaan buatan dan menggelembungkan harga.
  • Tuntutan hukum dan investigasi: Tether telah menghadapi beberapa tuntutan hukum dan investigasi dari berbagai pihak, seperti pengguna, pesaing, regulator, atau penegak hukum. 


Tuntutan Hukum
Beberapa tuntutan hukum dan investigasi yang dihadapi oleh Tether adalah:

  1. Tuntutan hukum kelas tindakan dari pengguna yang menuduh Tether melakukan manipulasi harga, penipuan, pencucian uang, dan pelanggaran hukum konsumen.
  2. Tuntutan hukum dari Bitfinex, bursa cryptocurrency yang berafiliasi dengan Tether, yang menuduh Tether kehilangan $850 juta dari cadangan dolar AS mereka karena disita oleh otoritas Panama.
  3. Investigasi dari Jaksa Agung New York (NYAG), yang menuduh Tether dan Bitfinex melakukan kegiatan bisnis ilegal di New York, menyembunyikan kerugian keuangan, dan menipu investor dan konsumen.
  4. Investigasi dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC), yang menanyakan status hukum dan regulasi Tether sebagai produk derivatif atau komoditas.
     

Kasus Tether menunjukkan bahwa stabilitas dan kepercayaan pada stablecoin tidak selalu terjamin, dan investor harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan stablecoin. Ada beberapa alternatif stablecoin yang mungkin lebih transparan, aman, dan teratur daripada Tether, seperti USDC dan DAI MakerDAO.

Algoritma dan Volatilitas Stablecoin

Stablecoin adalah jenis altcoin yang dirancang untuk memiliki harga yang stabil dan tidak mudah berfluktuasi. Namun, tidak semua stablecoin menggunakan ikatan atau dukungan aset untuk mencapai stabilitas harga. Ada juga stablecoin yang menggunakan algoritma untuk mencapai stabilitas harga. Stablecoin algoritmik adalah stablecoin yang menggunakan mekanisme pasar atau protokol pintar untuk menyesuaikan jumlah pasokan atau permintaan stablecoin sesuai dengan perubahan harga.

Kelebihan dan Kekurangan

Stablecoin algoritmik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan stablecoin yang diikat atau didukung oleh aset. Beberapa kelebihan dan kekurangan stablecoin algoritmik adalah:

  • Kelebihan: Stablecoin algoritmik tidak memerlukan cadangan aset untuk menjamin nilai mereka, sehingga mengurangi biaya operasional dan risiko penyitaan atau pembekuan aset oleh pihak ketiga. Stablecoin algoritmik juga lebih fleksibel dan responsif terhadap perubahan pasar, karena mereka dapat menyesuaikan pasokan atau permintaan mereka secara otomatis tanpa campur tangan manusia.
  • Kekurangan: Stablecoin algoritmik memiliki volatilitas harga yang lebih tinggi daripada stablecoin yang diikat atau didukung oleh aset, karena mereka bergantung pada mekanisme pasar atau protokol pintar yang dapat gagal atau disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Stablecoin algoritmik juga memiliki kepercayaan yang lebih rendah daripada stablecoin yang diikat atau didukung oleh aset, karena mereka bergantung pada asumsi atau model matematika yang dapat salah atau tidak akurat.
     

DAI MakerDAO (DAI)

Salah satu contoh stablecoin algoritmik yang populer di pasar cryptocurrency adalah DAI MakerDAO (DAI). DAI adalah stablecoin yang diikat dengan dolar AS dengan rasio 1:1, tetapi tidak didukung oleh cadangan dolar AS. DAI didukung oleh jaminan cryptocurrency seperti Ethereum atau Bitcoin yang disimpan dalam kontrak pintar bernama Maker Vaults. DAI menggunakan mekanisme pasar dan protokol pintar untuk menyesuaikan jumlah pasokan atau permintaan DAI sesuai dengan perubahan harga.

DAI memiliki beberapa fitur unik yang membedakannya dari stablecoin lain, seperti:

  • Mekanisme stabilisasi harga: DAI menggunakan dua parameter utama untuk menstabilkan harga, yaitu stability fee dan savings rate. Stability fee adalah bunga yang dibayarkan oleh pemilik Maker Vaults yang mencetak DAI dengan menggunakan jaminan cryptocurrency mereka. Savings rate adalah bunga yang diterima oleh pemegang DAI yang menyimpan DAI mereka dalam kontrak pintar bernama DAI Savings Rate (DSR). Kedua parameter ini dapat disesuaikan oleh pemegang token MKR, yang merupakan token tata kelola dari protokol MakerDAO. Jika harga DAI di bawah $1, stability fee dapat diturunkan atau savings rate dapat dinaikkan untuk meningkatkan permintaan DAI. Jika harga DAI di atas $1, stability fee dapat dinaikkan atau savings rate dapat diturunkan untuk mengurangi permintaan DAI.
  • Mekanisme likuidasi: DAI memiliki mekanisme likuidasi untuk melindungi nilai DAI dari penurunan harga jaminan cryptocurrency. Jika nilai jaminan cryptocurrency di bawah ambang batas tertentu, yang disebut sebagai collateralization ratio, Maker Vaults dapat dilikuidasi oleh kontrak pintar bernama Keeper. Keeper adalah pihak yang bertanggung jawab untuk memantau dan melikuidasi Maker Vaults yang tidak memenuhi syarat. Keeper dapat membeli jaminan cryptocurrency dengan harga diskon dengan menggunakan DAI, dan menjualnya di pasar untuk mendapatkan keuntungan. Proses ini bertujuan untuk mengembalikan pasokan DAI ke level yang sesuai dengan nilai jaminan cryptocurrency.
     

Kesimpulan

Altcoin dan stablecoin adalah dua jenis cryptocurrency yang berbeda dari Bitcoin dalam hal fitur, fungsi, tujuan, dan teknologi. Altcoin memiliki tujuan dan fungsi yang beragam, tergantung pada visi dan misi proyeknya. Altcoin dapat berfungsi sebagai mata uang digital, platform untuk aplikasi terdesentralisasi, tokenisasi aset, atau identitas digital. Stablecoin memiliki tujuan dan fungsi yang lebih spesifik, yaitu untuk menyediakan stabilitas harga dan memudahkan transaksi di pasar cryptocurrency.

Altcoin dan stablecoin memiliki perbedaan dalam hal volatilitas, stabilitas, potensi ROI, dan suku bunga. Altcoin cenderung memiliki volatilitas harga yang tinggi, potensi ROI yang tinggi, dan suku bunga yang rendah. Stablecoin cenderung memiliki stabilitas harga yang tinggi, potensi ROI yang rendah, dan suku bunga yang tinggi.

Investor dapat memilih untuk memegang altcoin atau stablecoin sesuai dengan kondisi pasar, tujuan, dan preferensi mereka. Memegang altcoin dapat memberikan keuntungan bagi investor yang ingin mendapatkan potensi keuntungan yang tinggi dalam jangka panjang, atau mendukung proyek-proyek cryptocurrency yang mereka percayai. Memegang stablecoin dapat memberikan keuntungan bagi investor yang ingin melindungi portofolio mereka dari fluktuasi harga cryptocurrency, atau memanfaatkan suku bunga atau leverage yang ditawarkan oleh sistem keuangan terdesentralisasi.

Stabilitas dan kepercayaan pada stablecoin tidak selalu terjamin, karena ada beberapa isu-isu terkait dengan stablecoin yang perlu diperhatikan oleh investor. Beberapa isu-isu terkait dengan stablecoin adalah isu-isu terkait dengan ikatan atau dukungan aset, regulasi, atau teknologi. Investor harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan stablecoin, dan mencari alternatif stablecoin yang mungkin lebih transparan, aman, dan teratur.

Stablecoin algoritmik adalah jenis stablecoin yang menggunakan mekanisme pasar atau protokol pintar untuk menyesuaikan jumlah pasokan atau permintaan stablecoin sesuai dengan perubahan harga. Stablecoin algoritmik memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan stablecoin yang diikat atau didukung oleh aset. Stablecoin algoritmik tidak memerlukan cadangan aset untuk menjamin nilai mereka, tetapi memiliki volatilitas harga yang lebih tinggi daripada stablecoin yang diikat atau didukung oleh aset.

DAI MakerDAO adalah contoh stablecoin algoritmik yang populer di pasar cryptocurrency. DAI adalah stablecoin yang diikat dengan dolar AS dengan rasio 1:1, tetapi tidak didukung oleh cadangan dolar AS. DAI didukung oleh jaminan cryptocurrency seperti Ethereum atau Bitcoin yang disimpan dalam kontrak pintar. DAI menggunakan mekanisme stabilisasi harga, likuidasi, dan tata kelola untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan DAI sesuai dengan perubahan harga.

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada AriktelCoin hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading.

icon Berita Lainnya